Islam rahmatan lil 'alamin
ISLAM
Islam tak pernah mendiskriminasikan ras, suku, atau bangsa tertentu. Allah menjadikan manusia bersuku dan berbangsa untuk saling mengenal, dan tidak ada yang lebih utama dibanding yang lain, kecuali sisi ketaqwaannya. Taqwa itu zhahir dan bathin, zhahir mungkin bisa terlihat, namun bathin tak bisa dilihat. Karenanya, selama seseorang itu terlihat shalih, kita harus husnuzhzhan bahwa ia memang orang shalih.
Jadi, mau anda Jawa, Banjar, Arab, Melayu, India, China, atau yang lainnya, kita semua saudara, selama ikatan iman menyatukan kita. China, jika dipahami sebagai ras atau bangsa, maka ia sama dengan ras atau bangsa yang lain. Membenci China karena ras atau bangsanya, adalah sebuah kejahilan dan jauh dari ruh Islam. China, Arab, atau Melayu, sama mulianya, selama ia disentuh oleh Islam.
Adapun "Republik Rakyat China", ini adalah entitas politik. Lain lagi urusannya. Demikian pula para konglomerat itu, yang memainkan peran di balik layar, ini juga bukan urusan ras atau bangsa.
***
Adapun perbedaan agama, itu tak bisa disamakan dengan perbedaan ras atau bangsa. Saya tak ada masalah dengan ras atau bangsa manapun. Saya ridha menjadi Melayu Banjar, sebagaimana saya juga tak apa-apa dengan saudara saya yang China, Arab, India, atau Eropa. Namun soal agama, ini lain lagi bro?
Islam punya konsep, kekafiran dan kesyirikan adalah kezhaliman dan kemaksiatan terbesar, lebih besar daripada zina, riba, judi, minuman keras, atau korupsi. Yang berzina, selama masih ada iman di dadanya, ada peluang masuk surga. Sedangkan yang mati dalam keadaan kafir, tidak beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam, akan kekal abadi di neraka.
Namun, meski demikian dalam perkara i'tiqad, Islam tetap mewajibkan muslim berbuat baik dan bermuamalah secara baik kepada orang-orang kafir, selama mereka tidak memerangi dan mengkhianati kaum muslimin.
Jadi, meski saya tidak ridha dengan agama kufur yang dianut seseorang, bukan berarti saya harus bermuka masam di hadapannya. Senyum sapa penuh keramahan, tetap bisa kita berikan. Memberi hadiah, jabat tangan, saling-mengunjungi dalam urusan yang mubah, tidak apa-apa, bahkan jika diniatkan untuk menunjukkan rahmah-nya Islam, malah dianjurkan.
Dakwah wajib kepada orang kafir, namun ikraah (memaksa mereka masuk Islam) itu terlarang hukumnya. Di sisi yang lain, bermuamalah secara baik kepada mereka, juga dituntut kepada kita.
***
Sedangkan tentang "ORANG ITU", ini bukan masalah ras atau bangsa, bahkan juga bukan masalah perbedaan agama. Ini masalah kelancangan seseorang, berbicara di luar kapasitasnya, mengutip Kitab Suci yang kami muliakan, dengan pernyataan yang jelas-jelas keliru dan merendahkan pula. Merendahkan Al-Qur'an, sekaligus merendahkan para ulama yang berhujjah dengan Kalam Allah tersebut.
~ Muhammad Abduh Banjar ~
Share by: NJ
Komentar
Posting Komentar