Istri selalu benar

ISTRI SELALU BENAR....

SALAH seorang penyair zaman jahiliyah berkata :

إِذَا قَالَتْ حَذَامِ فَصَدِّقُوْهَا * فَإِنَّ الْقَوْلَ مَا قَالَتْ حَذَامِ

"Jika hadzaami berkata, maka benarkanlah ia * karena perkataan (yang benar) adalah apa yang dikatakan hadzaami"

Yang mengatakan syair ini adalah Lujaim (ada juga yang mengatakan "Luhaim") bin Sho'b dan hadzaami adalah nama istrinya.

Saking terkenalnya bait syair ini bahkan sampe dijadikan matsal (peribahasa), berbeda dengan hikam (kata2 mutiara), sebuah ucapan harus terkenal dulu supaya bisa disebut matsal. Syair ini juga hampir dikutip oleh semua kitab nahwu, bahkan beberapa kitab lain pun mengutip syair ini sebagai peribahasa benarnya sebuah pendapat, misalnya seorang pengarang mengutip pendapat Imam A dan Imam B, kemudian dia mengatakan bahwa yang benar adalah pendapat Imam A sambil mengatakan "fainnal qoula maa qoolat hadzaami"

Faidah lughowiyyah dari bait adalah sebagaimana yang tertera di Kitab Syarh Qothrun Nadaa (matn dan syarh Qothrun Nadaa, keduanya ditulis Ibnu Hisyam An-Nahwiy, bukan Ibnu Hisyam Al-Muarrikhiy) :

1. Isim tuh ada yang mabniy dan ada yang mu'rob. Dan hukum asal isim adalah mu'rob (makanya jangan nanya, kenapa "Zaid" harokatnya bisa "Zaidun, Zaidan n Zaidin"? Karena itu emang hukum asalnya, kalau keluar dari hukum asal, baru ditanyakan, kenapa isim ini mabniy? Kenapa isim ini keluar dari hukum asal?)

2. Isim yang mabniy kondisinya ada 4, ada yang mabniy sukuun (konsisten sukuun harokat akhirnya apapun yang terjadi, seperti "كَم") dan ini adalah hukum asal dari mabniy (sebagaimana disebutkan di Matn Alfiyyah "wal-ashlu fil mabniyyi an yusakkana"), ada yang mabniy fathah (seperti "أين"), ada yang mabniy dhommah (seperti "حيث"), ada yang mabniy kasroh (seperti "هؤلاء")

3. Yang mabniy kasroh sebetulnya ada dua kategori : yang disepakati ke-kasroh-annya, seperti "هؤلاء" di atas, dan yang diperselisihkan ke-kasroh-annya, seperti "حذام" dan "أمس" ("kemarin")

4. "hadzaami" adalah contoh dari nama2 perempuan yang wazannya "فَعَالِ" (fa'aali), contoh lainnya seperti "قطام, رقاش, قطاف" dll. Semuanya mabniy kasroh sebagaimana "hadzaami" di bait di atas, dia kasroh walaupun posisi dia sebagai faa'il yang seharusnya marfuu' dhommah.

5. Yang diperselisihkannya adalah kalau Ahlul Hijaaz, muthlaq harus kasroh, apapun huruf terakhirnya, mau huruf roo' atau bukan. Sedangkan Bani Tamiim, mereka terpecah menjadi dua kelompok, kelompok pertama memu'robkan semua yang wazaannya "fa'aali" sama dengan i'rob isim ghoir munshorif (dhommah ketika rofa', farhan ketika nashob dan jarr), baik yang ujungnya huruf roo' atau bukan. Kelompok yang kedua dari Bani Tamiim, dan ini adalah kelompok mayoritasnya, merincinya menjadi apakah nama2 yang wazannya "fa'aali" ini ujungnya huruf roo atau bukan. Kalau ujungnya huruf roo', maka dia mabniy sebagaimana pendapatnya Ahlul Hijaaz, contohnya adalah "وبار" (wabaari adalah nama salah satu kabilah) dan kalau ujungnya selain huruf roo', maka dia mu'rob seperti i'rob isim ghoir munshorif.

Pesan moral :

Dari bait di atas kita bisa mengambil pelajaran bahwa dari sejak zaman Jahiliyah, istri tuh selalu benar....camkan itu para cowok..

Share by: NJ

Komentar

Postingan Populer