Amalan yang pahalanya setara haji dan umroh
Al-Imam Ibnu Rajab, salah seorang ulama terkemuka mazhab Hanbali, dalam karyanya, Latho’if Al-ma’arif menukil beberapa amalan yang pahalanya sebanding atau selevel dengan ibadah haji atau umrah. Amalan-amalan tersebut beliau kutip dari hadits Nabi, atsar para sahabat, dan pendapat para tabi’in.
Pertama:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barang siapa shalat Subuh berjama’ah kemudian duduk berdzikir mengingat Allah hingga matahari terbit, setelah itu shalat dua rakaat, amalan itu baginya sama seperti pahala haji dan umrah. Anas berkata: Rasulullah melanjutkan, “Sempurna, sempurna, dan sempurna!” (HR. Tirmidzi, no. 586).
Rasulullah menjadi teladan bagi ummatnya. Beliau rutin melakukan amal pagi ini. Diriwayatkan Simak bin Harb pernah bertanya kepada Jabir bin Samurah, “Apakah engkau pernah menemani Rasulullah?”. Jabir menjawab, “Ya, beliau biasa tidak beranjak dari tempat beliau shalat Subuh. Apabila matahari terbit beliaupun bergegas meninggalkan tempat shalat. Dulu para sahabat memperbincangkan masa jahiliyah yang membuat mereka tertawa, sedangkan Rasulullah hanya tersenyum.” (HR. Muslim, no.670)
Begitulah seharusnya kita, pengikut Nabi. Mengawali hari kita dengan amal yang penuh berkah ini. Insya Allah aktivitas kita sepanjang siang berikutnya diberkahi Allah Ta’ala.
Bagaimana dengan muslimah yang shalat di rumah? Memang teks hadits di atas membatasi tempatnya di masjid. Namun tidak dipahami bahwa masjid menjadi syarat tempatnya. Wanita yang memang lebih utama shalat di rumah, tentu saja bisa melakukan rangkaian amal ini di rumahnya. Apalagi ada atsar yang shahih bahwa Ibnu Mas’ud RA pernah melakukannya di rumahnya (HR. Muslim, no.822).
Bukankah setiap orang bisa mengupayakan sholat subuh berjamaah terutama di masjid? Lalu setelah itu menyisihkan sedikit waktu dengan berzikir dan diakhiri dengan salat sunnah 2 rakaat saat mentari telah terbit. Tidak rumit bahkan sangat mudah. Berzikir di sini bisa dengan membaca Al Qur’an, bermuhasabah atau mendengar tausyiah. Bukankah itu semua adalah esensi dari zikrulloh?
Motivasi sekaligus hiburan Rasul saw di atas sengaja diperuntukkan bagi siapa saja, khususnya kaum fakir. Agar mereka tidak patah semangat dan putus harap. Semua orang bisa meraihnya tanpa terkecuali. Amalan ini bisa dilakukan sesering mungkin. Bahkan, setiap hari.
Dalam hadis ini, Rasul saw mengulang kata Tammatan (sempurna) sampai tiga kali. ini adalah indikasi bahwa targhib (anjuran) beliau tidak main-main. Karena pahala Allah hanya diberikan bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan tidak meremehkan amal sholih sekecil apapun itu. “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”(QS At Taubah 120)
Kedua :
Menghadiri shalat jumat dari awal sampai akhir sebanyak empatpuluh kali shalat Jumat berturut-turut sama pahalanya dengan ibadah pahala haji sunnah.
Said bin Al-Musayyib berkata;” Ibadah jumat lebih saya sukai daripada menunaikan haji sunnah. Sesungguhnya Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam mensejajarkan yg bersegera datang menunaikan shalat jumat seperti orang yg berkurban di Baitullah”.
Dan dalam hadist dhaif disebutkan,” shalat jumat adalah ibadah haji bagi orang-orang miskin”.
Ketiga :
Keluar menuju masjid dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu dan shalat dhuha.
Abu Umamah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, bahwa Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:” Barangsiapa bersuci dari rumahnya, kemudian menuju masjid untuk menunaikan shalat fardhu, maka pahalanya seperti pahala seorang haji dalam keadaan ihram. Dan barangsiapa yg menunaikan shalat dhuha, maka pahalanya seperti pahala orang yg menunaikan ibadah umrah”.
Keempat :
Berbakti kepada kedua orangtua. Karena Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam pernah berwasiat untuk berbakti kepada ibu, lalu beliau bersabda,” Kamu seperti orang yg menunaikan haji, menunaikan umrah, dan orang yg berjihad”.
Kelima :
Keluar menunaikan shalat hari raya Idul Fitri pahalanya seperti pahala ibadah umrah.
Seorang sahabat berkata, Keluar untuk menunaikan shalat hari raya Idul Firi pahalanya seperti pahala ibadah umrah, sedangkan shalat di hari raya Idul Adha pahalanya seperti pahala ibadah haji. Sungguh amalan yang pahalanya sangat menggiurkan, bukan?
Keenam :
Memenuhi kebutuhan saudaramu yang muslim ketika dalam kekurangan.
Ulama besar Hasan Al Basri berkata,” Memenuhi kebutuhan saudaramu yg muslim ketika dalam kesusahan pahalanya lebih baik daripada ibadah haji yg dilakukan berkali-kali”.
Uqbah bin Abdul Ghaffar berkata,” Shalat isya’ yg dilakukan dengan berjamaah di masjid pahalanya seperti pahala ibadah haji, dan shalat subuh yg ditunaikan dengan berjamaah di masjid pahalanya seperti pahala umrah”
Subhanallah betapa Allah SWT membuka pintu karunia seluas-luasnya. Hanya orang-orang yang diberi taufiklah yang tetap semangat mengejar karunia itu.
Shalat Isyraq
Ibnu Abbas dan para ulama menyebut dua rakaat pada hadits di atas dengan istilah shalat isyraq. Dinamakan isyraq (terbit) karena dikerjakan beberapa saat setelah terbitnya matahari. Namun hakikatnya, shalat isyraq adalah shalat Dhuha (sebagaimana pembahasan shalat Dhuha edisi sebelumnya, red). Shalat Dhuha yang dikerjakan di awal waktunya. Didalam riwayat yang lain Rasulullah SAW lebih spesifik menyebutnya dengan shalat Dhuha. “Barang siapa yang shalat Subuh di masjid berjamaah, lalu menetap di dalamnya hingga mengerjakan shalat Dhuha, maka dia mendapat pahala seperti orang yang haji dan umrah dengan sempurna” (HR. Thabrani, no. 7663).
• Penambah Semangat
Amal berhadiah haji dan umrah ini, ternyata sepi peminat. Ba’da Subuh adalah waktu rawan ngantuk. Banyak yang tidur kembali dengan dalih agar fit menjalankan aktivitas siang yang meletihkan. Padahal, tidur pagi selepas Subuh tidak baik untuk kesehatan. Membuat tubuh menjadi mudah lesu dan loyo, serta mudah terserang penyakit.
Sunah nabi waktu pagi ini justru memberi berkah tersendiri; menyehatkan dan memberi semangat. Tetapi khasiat ini tidak bisa dirasakan kecuali yang membiasakannya. Ibnu Qoyyim menuturkan pengalamannya dengan Ibnu Taimiyah, gurunya. “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah suatu hari shalat Subuh. Setelah shalat, beliau duduk berdzikir kepada Allah hingga pertengahan siang. Kemudian berpaling kepadaku dan berkata, “Ini adalah kebiasaanku pada waktu pagi. Jika aku tidak melakukannya, tubuhku tak bertenaga.” (Al Wabilush Shayib, hal.63)
• Bukan Pengganti Haji
Jalan murah menuju pahala haji ini bukan berarti mengalahkan keutamaan haji hakiki. Apalagi menggantikan kedudukannya. Bukan! Amal setara haji ini tak lebih menjadi ladang amal alternatif bagi mereka yang tertutup pintu ke baitullah. Menjadi motivasi untuk terus berlomba dalam kebaikan agar tidak tertinggal jauh oleh orang-orang yang mampu menunaikan haji. Semoga kita mudah meraup pahala haji di negeri kita sendiri dan mampu berhaji ke baitullah nun jauh di sana.
PAD
Komentar
Posting Komentar