Hati Hati Asal Tuduh
Dosa menuduh dan memfitnah seorang Muslim dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya atau tidak pernah dikerjakannya sangat besar di sisi Allah. Cukuplah bagi kita, ancaman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam di bawah ini:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ قَالَ فِي مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ، أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدْغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ ".
Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa berkata tentang seorang Mukmin terkait perkara yang tidak ada pada dirinya (memfitnahnya), Allah Ta’ala akan menempatkannya (pada hari kiamat) di dalam Radghah Al-Khabal (perasan cairan penduduk neraka), hingga dia keluar dari apa yang diucapkannya”.
(Hadits ini derajatnya Shahih. Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam “As-Sunan” no. 3592, Ath-Thabarani no. 13435, Al-Hakim dalam "Al-Mustadrak" no 2222. Syaikh Al-Albani menyatakan Shahih dalam "Shahih Al-Jami'" no. 6196, juga Syaikh Muqbil Al-Wadi’y menyatakan sebagai hadits Shahih dalam “Ash-Shahih Al-Musnad” no. 755).
Sungguh, perkara ini sangat luar biasa. Jauh dari apa yang dipahami oleh akal mereka yang doyan menari di atas kehormatan kaum Muslimin, baik dengan tuduhan sebagai Kafir, Ahli Bi'ah, sesat, dan sebagainya.
Manusia itu, kata Nabi dalam sebuah hadits Shahih, kadang berbicara satu kalimat yang dia anggap remeh sepele, namun ternyata karenanya ia dilempar dalam Neraka sejauh tujuh puluh Kharif.
Sadarilah, fitnah dan tuduhan yang kita dilemparkan atas kehormatan seorang Muslim tidak akan terhapus melainkan dengan istighfar dan mohon dimaafkan oleh korban lisan kita. Setelah itu, kita wajib melakukan klarifikasi terbuka di tempat mana kita memfitnah atau menuduh saudara Muslim kita tanpa landasan kebenaran. Dan tentu saja, ini merupakan perkara yang amat sulit.
Fadhilatus Syaikh Safar Al-Hawali berkata: "Dalam masalah ini, Salaf terbagi dua. Ada yang selalu berbesar hati memaafkan semua yang menodai harga diri dan kehormatannya. Namun ada pula yang keras dan tidak memberi maaf padanya.
Misalnya Imam Sa'id bin Al-Musayyib, beliau tegas berkata:
" والله لا أحل ما حرَّم الله، فالله حرَّم عرضي وحرم غيبتي فلا أحلها لأحد، فمن اغتابني فأنا أقاصه يوم القيامة ".
"Demi Allah, aku tidak akan menghalalkan apa yang Allah telah haramkan. Sungguh, Allah telah mengharamkan kehormatanku serta ghibah atas diriku, maka itu aku tidak menghalalkan bagi seorang pun akan hal itu. Siapa yang pernah menggibahiku, aku akan menuntutnya kelak pada hari kiamat".
Komentar
Posting Komentar