Sudahkah kau persiapkan bekal matimu yang sudah pasti datangnya?baca sampe selesai
Kematian bukanlah hal yang aneh, namun yang aneh adalah kita jika tidak mempersiapkannya, padahal kita semua tahu pasti akan menghadapinya, kita juga tahu bahwa kedatangannya bisa tiba-tiba, mengapa kita tidak selalu siap sedia?.
...
Mempersiapkan kematian juga dengan cara membersihkan hati dari dendam dan permusuhan, dan dengan bersungguh-sungguh mengerjakan berbagai kebaikan, meninggalkan apa yang dilarang dan semua ini tidak akan terlaksana dengan baik jika hati kita masih sangat mencintai perhiasan dunia.
Jika perhatian terbesar kita adalah untuk urusan dunia, adalah wajar kalau kita tidak akan bersiap menghadapi mati, bahkan benci dengan kematian. Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz pernah bertanya kepada Abu Hâzim,
ما بالنا نحب الحياة ونكره الموت؟
“mengapa kita mencintai kehidupan dan membenci kematian?”
Abu Hâzim menjawab
لأنا عمرنا الدنيا ولم نعمر الآخرة، فنكره أن نتقل من الأعمار إلى الخراب
“karena kita telah memakmurkan dunia dan tidak memakmurkan (meruntuhkan) akhirat, maka kita tidak suka berpindah dari tempat yang makmur menuju tempat yang runtuh” [Syarh al Muwaththa’, 48/18]
Kalau itu ‘perasaan’ mereka dalam menilai diri mereka sendiri, padahal mereka adalah orang-orang yang terbaik masa itu, yang hidup di zaman yang disebut para ‘ulama dengan ‘khilafah rasyidah’ yang kelima, lalu apa yang bisa kita nilai dari diri kita saat ini? Sudahkah kita merasa bekal kita untuk akhirat sudah cukup hingga kita lebih memilih santai dalam hidup, enggan bersusah payah berjuang untuk ketaatan kita dan tegaknya syari’ah Allah dalam sistem Khilafah? Jika kita merasa sudah cukup, sungguh kita adalah orang yang tertipu. Na’ûdzu billaah
Dewa.
Komentar
Posting Komentar