Kisah (hoax) menakjubkan sahabat bernama sya'ban

Viral di WAG (koreksi)
Kisah (hoax) menakjubkan sahabat bernama sya'ban
'
Notes:
- kisah ini sumbernya tdk jelas.
- dlm kitab2 hadits, biografi, n tarikh, tdk ada sahabat yg bernama sya'ban.
- tdk jelas sya'ban bin siapa...
- pd masa nabi n sahabat, blm masyhur bayi diberi nama dg nama bulan (rajab, sya'ban, n ramadhan).
- nabi saw melarang menetapi satu tempat di masjid secara terus menerus ketika shalat.
- berjalan kaki 3 jam ke masjid adlh berlebihan n tdk masuk akal. Karna pulang bergi berarti 6 jam. Pdhl jarak antara zuhur ke ashar sktr 3-4 jam. Jarak ashar ke maghrib sktr 3 jam. Jarak maghrib ke isyak sktr 1-1,5 jam.
- lalu apa yg dilakukan sya'ban utk diri n keluarganya jika waktunya habis utk PP ke masjid?
Wallahu a'lam..

'
*jarak antara 2 waktu shalat tdk slalu sama; tergantung tempat n musim (panas/dingin).
=========

Ini postingannya:

Bismillahir Rohmaanir Rohiim,
Share ulang kisah ibroh Sahabat Sya'ban Ra.

Seorang sahabat Rasulullah SAW, Sya’ban ra memiliki kebiasaan unik.
• Dia datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah.
• Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiapa shalat berjamaah dan I’tikaf.
• Alasannya, selalu mengambil posisi di pojok masjid karena ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid.
• Kebiasaan ini, sudah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri.

Pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban ra pada posisi seperti biasanya.
• Rasul pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra.

Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat Subuh selesai pun Sya’ban belum datang juga.
Selesai shalat Subuh Rasul pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.

Rasul pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis dimana rumah Sya’ban.
Rasulullah sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya tersebut, memimnta diantarkan ke rumah Sya’ban. 
Perjalanan dari masjid ke rumah Sya’ban cukup jauh dan memakan waktu lama terlebih mereka menempuh dengan berjalan kaki.
Akhirnya, Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya’ban pada waktu shalat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah Sya’ban, beliau mengucapkan salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam.
• “Benarkah ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.
• “Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.
• “Bolekah kami menemui Sya’ban ra, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.
• Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban ra menjawab “Beliau telah meninggal tadi pagi”.

“Innalilahi Wainnailaihiroji’un” jawab semuanya.
Satu-satunya penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah karena ajal menjemputnya.

• Setelah mengantar jenazah salah seorang sahabatnya, Rasulullah saw seperti biasanya menyempatkan diri singgah dirumah duka. Selain untuk menghibur pihak keluarga, beliau juga ingin mengetahui wasiat apa yang sekiranya belum bisa ditunaikan oleh pihak yang ditinggalkan.
•   “Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafat? Tanya beliau kepada Istri almarhum. Sambil mengingat-ingat apa yang dikatakan oleh suaminya sebelum ajal. Karena ucapannya terpotong-potong, kurang lengkap dan kurang jelas, maka ia mengungkapkan dengan terus terang kepada Rasul.
•  “Saya mendengarkan ucapannya, namun saya tak mengerti apa yang dimaksudnya, karena ucapannya sulit dipahami karena terkesan terpotong-potong..”
• “Bagaimana bunyinya,.” desak Rasul karena sungguh ingin mengetahui, dan berharap bisa menterjemahkannya. Istri yang sangat setia pada suaminya itu menjawab,
• “Andaikan lebih jauh lagi,
• andaikata yang masih baru,
• andaikata semuanya..
• Sepertinya hanya itu yang bisa ditangkap dari ucapan suami saya, dan itu yang membuat saya bingung..”
•  Rasulullah SAW pun melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22:
       "Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam"

“Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT.
Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah.
Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain.
Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat suatu adegan dimana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalat berjamah lima waktu.
Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.

Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya.
Saat dia melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah.
Dalam penggalan kalimat berikutnya Sya’ban ra melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.

Saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.

Dia berpikir jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan shalat dengan baju yang lebih bagus.

Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan.

Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut kemudian dia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama.

Orang itupun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan shalat berjamaah.

Sya’ban ra pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.

Kemudian dia berteriak lagi “Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban ra.

Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru.

Berikutnya, Sya’ban ra melihat lagi suatu adegan.

Saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu.  ketika baru saja ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan.

Melihat hal itu, Sya’ban ra merasa iba. Ia kemudian membagu dua roti tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama rata, kemudan mereka makan bersama-sama. Allah SWT kemudain memperlihatkan Sya’ban ra dengan surga yang indah.

Ketika melihat itupun Sya’ban ra teriak lagi “Aduh kenapa tidak semua!!”

Sya’ban ra kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis  tersebut, pasti dia akan mendapat surga yang lebih indah.

Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatanya melainkan menyesali mengapa tidak optimal.

Sesungguhnya pada suatu saat nanti, kita semua akan mati, akan menyesal dan tentu dengan kadar yang berbeda.

Bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya, karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia.
Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah.
Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan.

Allahu a'lam

*Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita, untuk selalu bersegera, bersungguh2, dan Istiqomah dalam beramal Sholeh.*

آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن

Share by: NJ

Komentar

Postingan Populer