USTADZ KHILAFUL AULA

"USTADZ KHILAFUL AULA"

Yang patut dibangun itu bukan kefanatikan atau "sikap ngefans berlebih" pada ustadz tertentu, entah itu "ustadz sunnah", "ustadz wajib", "ustadz sunnah muakkadah", atau yang berlabel apapun. Melainkan sikap adil, bahwa setiap orang itu, selain Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, itu bisa diambil perkataannya, bisa juga ditinggalkan.

Seseorang yang tidak ma'shum, jangan didudukkan pada posisi orang yang ma'shum, sehingga semua perkataan dan pendapatnya harus diikuti tanpa sedikit pun ada sikap kritis (ini bukan pembahasan bab taqlid ulama, itu bahasannya lain lagi).

Kita tidak layak mendudukkan seseorang pada posisi melampau tinggi, sehingga kita anggap ia tak boleh dikritik, meskipun itu kritik ilmiah dan berisi. Kita tak layak berprinsip, bahwa pendapat atau pernyataan seseorang, pasti benar adanya, dan harus ditelan mentah-mentah, hanya karena ia adalah ustadz favorit kita.

Namun, meskipun kita sadar, semua orang punya porsi kesalahan dan kekeliruannya masing-masing, bukan berarti kita tak boleh mengambil ilmu darinya, atau tak boleh belajar darinya. Selama ia memang orang berilmu, dan memiliki bagian dari ilmu syar'i, maka ia layak kita jadikan guru. Tentu dengan sikap adil, hormat, namun tanpa kultus.

Wallahu a'lam.

~Muhammad Abduh Negara~

Catatan: Silakan baca juga status-status FB saya sebelumnya yang bertema sama.

Share : dewalee

Komentar

Postingan Populer