Penyemangat untuk belajar Bahasa Arab
Penyemangat untuk belajar bahasa arab.
Konsep ini:
1. Al-Qur'an adalah Kalamullah. Ia mengandung kebenaran mutlak, tanpa ada sedikit pun kesalahan dan kekeliruan.
2. Tafsir ulama mu'tabar atas Al-Qur'an, merupakan produk pemikiran manusia yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Ia juga mengikuti dan terikat dengan berbagai macam disiplin ilmu syariah.
Dari sisi manusiawinya, tafsir ulama terhadap satu ayat Al-Qur'an mungkin keliru. Namun kekeliruannya ini mirip dengan kekeliruan seorang faqih mujtahid saat berijtihad. Ia tidak tercela, bahkan terpuji.
Kemudian, tiap ulama itu melengkapi karya ulama lainnya. Jadi, meskipun ada kekeliruan tafsir oleh seorang ulama tafsir mu'tabar, upaya "pelurusan" itu mudah kita temukan di karya ulama tafsir mu'tabar lainnya. Sehingga peluang umat Islam terjerumus dalam kesesatan saat mengikuti penjelasan ulama tafsir mu'tabar, sangat kecil bahkan tidak ada, selama ia tidak fanatik buta hanya pada satu ulama saja.
3. "Tafsir" serampangan atas Al-Qur'an oleh orang yang tidak memiliki kifayah 'ilmiyyah (kapasitas keilmuan), jelas keliru. Secara adab dan metodologi, ia telah keliru, meskipun bisa jadi produknya pada kasus tertentu, tepat. Ketepatannya pada kasus tertentu, tidak membuatnya dianggap layak untuk masuk ranah menafsirkan Al-Qur'an.
Kata Imam Mujahid rahimahullahu ta'ala: “Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir berbicara tentang Kitabullah jika ia bukan seorang yang ‘alim dalam bahasa Arab”
Padahal, jika kita baca kitab-kitab 'Ulumul Qur'an atau Ushulut Tafsir, kita akan temukan bahwa pemahaman yang mendalam terhadap bahasa Arab, hanya salah sat syarat dari sekian syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang agar ia layak menafsirkan Al-Qur'an.
---
Seandainya konsep ini kita pahami semua, tentu banyak dari kita yang akan terdorong untuk belajar tafsir Al-Qur'an, dan ilmu-ilmu penunjangnya.
Ah*0*4, Nusr*n, dan semisalnya mungkin telah lancang menafsirkan Al-Qur'an atau berbicara tentang kandungan Al-Qur'an tanpa ilmu. Hal ini layak dikritik dan diberi peringatan keras. Namun, jangan sampai kita yang memposisikan diri berseberangan dengan mereka, ternyata juga melakukan hal yang sama, meskipun dengan kadar yang lebih rendah. Jangan sampai kita ikut-ikutan menafsirkan Al-Qur'an tanpa dasar ilmu yang memadai dan tanpa merujuk ulama tafsir mu'tabar. Jangan sampai kita menafsirkan Al-Qur'an hanya bermodalkan terjemah Al-Qur'an.
Ituh.
Share Dewa Lee
Komentar
Posting Komentar