PERBEDAAN AGAMA (DIIN) ITU TIDAK SAMA DENGAN PERBEDAAN PENDAPAT FIQIH

~ PERBEDAAN AGAMA (DIIN) ITU TIDAK SAMA DENGAN PERBEDAAN PENDAPAT FIQIH ~

Dalam persoalan fiqih, saya bertaqlid kepada satu imam, di waktu yang sama, saya bisa menghargai dan menghormati orang lain yang mengikuti imam yang berbeda. Apa yang saya ikuti, ada dasarnya. Yang orang lain ikuti juga ada dasarnya.

Kami saling menghormati. Pendapat yang saya ikuti itu benar, sesuai kemampuan yang bisa saya jangkau, sedangkan pendapat selain itu keliru. Namun ini masih mengandung kemungkinan sebaliknya, pendapat imam yang saya ikuti ternyata yang lemah, dan pendapat selainnya yang ternyata lebih kuat. Ada kemungkinan seperti ini.

Apakah ini juga berlaku pada perbedaan agama (diin)?

Jelas tidak. Aqidah adalah persoalan keyakinan yang harus diimani 100%. Tak boleh saya katakan, agama saya baik dan ada dasarnya, sebagaimana agama anda (non-Islam) juga baik, dan bisa jadi ada benarnya. Tak mungkin saya katakan hal semacam itu.

Tak mungkin juga saya katakan: agama anda keliru, tapi ada kemungkinan benar, sebagaimana agama saya benar, tapi ada kemungkinan keliru. Ini sama sekali tak boleh ada. Kita yakin seyakin-yakinnya diin Islam satu-satunya yang haq, sedangkan selainnya jelas batil, tak membawa keselamatan.

Ini urusan aqidah dan keyakinan. Tak boleh ada kegoncangan sama sekali.

Namun, dalam urusan muamalah, Allah ta'ala tetap memerintahkan kita berbuat baik kepada non-muslim, selama mereka tidak mengkhianati kita. Perbuatan baik kepada mereka ini, bukan karena kita ridha kepada agama yang mereka anut, atau karena kita masih membuka peluang ada kebenaran pada agama mereka, TIDAK SAMA SEKALI. Kita berbuat baik kepada mereka, tidak lain karena agama kita memang memerintahkan kita untuk itu.

*Ustadz Abduh

Share NJ

Komentar

Postingan Populer