Agama bukan warisan

Allah, Tuhan pencipta kita dan seluruh semesta, melengkapi kita(manusia) dengan otak sebagai alat berfikir, dengannya kita kemudian bisa menela'ah, kemudian memilih benar dan salah. Termasuk dalam memilih agama. Karena kebenaran bukan warisan atau doktrin. Sifat wajib Tuhan itu pertama harus ada atau wujud, karena klo tidak ada tak bisa teori ini berlanjut. Membuktikan Tuhan itu ada pertama adalah karena manusia punya sifat mengagungkan sesuatu karena secara fitrah manusia memang di lengkapi naluri untuk menyembah sesuatu, manusia merasa hanyalah makluk lemah yang butuh kekuatan besar lain dari luar dirinya untuk memberinya pertolongan, ini sifat yang manusiawi ada pada manusia, kedua melalui akal kita juga akan tau dan paham adanya Allah, dengan beberapa teori, yaitu ; a. Teori Sebab.
Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatarbelakanginya. Adanya sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya. Mustahil pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini akan berakhir dengan teori sebab yang utama, dia adalah Tuhan.
b. Teori Keteraturan.
Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi, bulan dan bintang-bintang bergerak dengan sangat teratur. Keteraturan ini mustahil berjalan dengan sendirinya, tanpa ada yg mengatur. Siapakah yg mempu mengatur alam semesta ini selain dari Tuhan?
c. Teori Kemungkinan
Adakah kemungkinan sebuah komputer ditinggalkan oleh pemiliknya dalam keadaan menyala. Tiba-tiba datang dua ekor tikus bermain-main di atas tuts keyboard, dan setelah beberapa saat di monitor muncul bait-bait puisi yang indah dan penuh makna?
Dalam pelajaran matematika, bila sebuah dadu dilempar kemungkinan muncul angka 6 adalah 1/6. Dan bila dua dadu dilempar kemungkinan munculnya angka 5 dan 5 adalah 1/36. Bila ada satu set huruf dari a sampai z diambil secara acak, kemungkinan muncul huruf a adalah 1/26. Bila ada lima set huruf diambil secara acak, kemungkinan terbentuknya sebuah kata T-U-H-A-N adalah 1/265 (satu per duapuluh enam pangkat lima) =1/11881376. Andaikata puisi di layar komputer itu terdiri dari 100 huruf saja, maka kemungkinannya adalah 1/26100. Dengan angka kemungkinan sedemikian orang akan menyatakan tidak mungkin, lalu bagaimanakah alam raya yang terdiri dari sekian jenis atom, sekian banyak unsur, sekian banyak benda, berapa kemungkinan dunia ini terjadi secara kebetulan? Kemungkinannya adalah 1/~ (satu per tak terhingga), atau dengan kata lain tidak mungkin. Jika alam ini tidak mungkin terjadi dengan kebetulan maka tentunya alam ini ada yang menciptakannya, yaitu Allah. Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah untuk mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya. Makanya di perlukan hal ketiga, yaitu petunjuk dari Pencipta melalui Rosulnya yang membawakan kitab suci.
Allah menjelaskan tentang jati diri-Nya di dalam Al-Qur’an;
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(al-A’raf:54)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Subhana wata'ala adalah pencipta semesta alam dan seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya. Adakah yang lebih gamblang dan tegas seperti Allah menyatakan diri dalam Al-Quran?tidak ada sama sekali dalam kitab agama apapun. Dan kebenaran Al-Quran tidak terbantahkan sampe sekarang. Berbeda dengan kitab-kitab agama lain yg banyak edit dan hal-hal di luar nalar. Kemudian kita bisa berfikir bahwa tidak mungkin Tuhan pencipta kita adalah sama dengan makhluk ciptaan-Nya, karena tidak mungkin Tuhan itu lemah dan tidak maha, sehingga untuk mengampuni dosa saja harus menebusnya dengan jadi manusia misalnya, lalu merasakan lapar, sakit, di lengkapi juga dengan kelamin yang berfungsi, bahkan Tuhan mati. Kemampuan berfikir kita akan mempertanyakan bagaimana mungkin Sang Pencipta lemah dan tidak maha segala-Nya? Karena yang lapar, sakit, bahkan mati pastilah makhluk bukan Tuhan. Selanjutnya sebagai pelengkap berfikir tidak mungkin juga Tuhan pencipta itu berawal dan berakhir,  kemampuan berfikir yang Allah berikan kepada kita, tentu menolak Sang pencipta lahir dan kemudian mati, otak kita tak perlu bekerja keras untuk meyakini bahwa Pencipta pasti tak berawal dan tak berakhir, karena klo pencipta ada awal dan ada akhir lalu apa bedanya dia dengan makluk?karena yang berawal dan berakhir pasti adalah makhluk. Jika sudah demikian mereka-mereka yg berfikir bahwa agama adalah warisan perlu di pertanyakan, apakah kemampuan berfikir nya berfungsi?atau hanya seperti itu kemampuannya sehingga menemukan konsep aqidah hanya berdasar doktrin? mudah-mudahan tidak karena bosan beribadah sehingga mencari-cari teman sebagai pembenaran teori kosongnya.
Mari berTuhan bukan karena doktrin.

Share: pandu

Komentar

Postingan Populer