Puasa dan Totalitas Ketundukan
Puasa dan Totalitas Ketundukan
Tidak dipungkiri, puasa mengajarkan hamba bagaimana bentuk sebuah totalitas dalam ketundukan kepada-Nya. Dan ia merupakan perkara wajib yang harus dimiliki setiap Mukmin.
Alqur'an menegaskan, tidak beriman seseorang hingga menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai hakam atau pemutus hukum bagi seluruh persolan yang dihadapi dalam kehidupan.
Lihatlah ibadah puasa. Di dalamnya Allah perintahkan hamba meninggalkan makan, minum, serta berhubungan dengan istri; padahal semua perkara ini hukum asalnya adalah Mubah. Dalam arti, boleh dilakukan pada bulan-bulan selain Ramadhan.
Di sinilah letak ujian itu. Dan Allah akan melihat siapa di antara hamba-hambaNya yang patuh dan tunduk. Yaitu, meninggalkan perkara yang asalnya Mubah, lantaran patuh pada perintah-Nya. Termasuk jika ingin melanggar perintah tersebut, tidak ada seorang pun yang akan tahu selain Allah dan dirinya semata.
Karena faktor inilah, ibadah puasa Allah khususkan untuk diri-Nya. Sebab di dalamnya terkandung sebuah hakikat ketundukan yang tidak ada dalam ibadah2 lain, seperti dinyatakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dlm sabdanya:
"... فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى ...".
“... Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku...” (HR. Muslim no. 1151).
Jadi, kapan sebuah ibadah benar-benar total ditujukan hanya kepada Allah, maka dia menjadi istimewa di sisi-Nya.
Ustadz Rappung.
Share: pandu
Komentar
Posting Komentar