Empat macam kebahagiaan
Di dalam sebuah hadits dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqosh -radhiyallahu anhu-, Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
أربعٌ مِنَ السعادةِ : المرأةُ الصالحةُ والمسكنُ الواسعُ والجارُ الصالِحُ والمركبُ الهِنِيْءُ، وأربعٌ من الشقاوةِ : الجارُ السوءُ والمرأةُ السوْءُ وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ
“Ada empat diantara kebahagiaan : istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman. Ada empat kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang buruk, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk”. [HR. Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 4032), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (9556), Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisiy dalam Al-Mukhtaroh (no. 1048). Hadits ini dinilai shohih oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 1445)]
Hadits ini merupakan hadits yang agung dan luas maknanya. Karena, ia mengandung banyak faedah dan manfaat imaniyyah. Di dalamnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- menerangkan sebagian kebahagiaan dunia. Inilah kebahagian hakiki yang didambakan oleh setiap orang yang berakal saat ia hidup di dunia. Sebab kebahagiaan ini juga akan memberikan pengaruh bagi kebahagiaan di akhirat.
Empat kebahagian dunia itu adalah “tetangga yang sholih (yang baik) adalah tetangga muslim yang tidak menyakiti tetangganya. Tempat tinggal yang luas, yaitu yang banyak manfaatnya bagi penghuninya. Jadi, keluasannya tentu berbeda sesuai dengan perbedaan orangnya. Sebab, terkadang luas bagi seseorang, namun sempit bagi yang lain atau sebaliknya. Kendaraan yang nyaman adalah kendaraan yang cepat, tidak lamban, tak terlalu kencang dan kasar larinya sehingga ditakutkan jatuh, kagetnya badan dan tidak mengganggu badan”. [Lihat Faidh Al-Qodir (3/302) oleh Al-Munawiy, Al-Maktabah At-Tijariyyah Al-Kubro, Mesir, 1356 H]
Al-Imam Abul Hasan As-Sindiy -rahimahullah- berkata, “Tetangga yang sholih adalah tetangga yang mendorongnya kepada dzikir (mengingat Allah) dan taqwa serta menyadarkannya dari kelalaian dan hawa nafsu. Sabdanya, “…yang nyaman”, yang cocok (digunakan) di jalan Allah, tidak membuatnya terlambat dari rekan-rekannya. Sabdanya, “…yang luas”, yaitu rumah yang di dalamnya hati akan menjadi lapang dan tidak sempit. Karena, sempitnya dada akan menghalangi dari berbagai macam kebaikan”. [Lihat Takhrij Al-Musnad (no. 15372)]
Kebahagian lain, wanita sholihah, yaitu wanita yang mampu menemani suaminya yang sholih (baik) dalam rentang waktu yang panjang. Dia adalah perhiasan yang dibanggakan oleh suaminya dimanapun ia berada.
Ciri wanita sholihah (yang baik), jika ia dipandang oleh suaminya, maka ia membuat suaminya bahagia[1]; jika ia diperintah dengan sesuatu yang baik, maka ia taati suaminya; jika suami pergi, maka menjaga kehormatan dirinya dan harta benda suami.
Umar -radhiyallahu anhu- pernah bertanya kepada Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tentang harta benda yang perlu diambil? Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مؤمنة تعين أحدكم على أمر الآخرة
“Hendaknya seorang diantara kalian mengambil hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir (selalu ingat Allah), dan wanita (istri) mukminah yang membantu salah seorang diantara kalian di atas urusan akhirat”. [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (no. 1856).
Share: pandu
Komentar
Posting Komentar