Sarang laba-laba adalah yang paling lemah

Seorang kawan bertanya, di Al-Quran itu kan disebutkan bahwa sarang laba-laba adalah rumah paling lemah. Padahal penemuan mengatakan jaring laba-laba adalah jaring yang paling kuat di kelasnya. Hampir sesuai dengan apa yang sering kita lihat di film Spiderman.

Para ilmuan menemukan bahwa benang laba-laba lima kali lebih kuat dari baja dengan ketebalan yang sama. Padahal, baja termasuk material paling kuat yang tersedia bagi manusia. Selain itu, benang laba-laba memiliki gaya tegang 150.000 kg/m2. Jika ada seutas tali berdiameter 30 cm terbuat dari benang laba-laba, maka ia akan mampu menahan beban 150 mobil.

Berati Al-Quran tidak seusai dengan penemuan ilmiah dong?

Jawaban saya:

coba kita baca lagi Al-Qurannya benar-benar. Al-Quran menyebutkan serampuh-rapuh (atau selemah-lemah) rumah adalah rumah laba-laba. Jadi yang rapuh itu rumahnya, bukan jaringnya.

Kelemahan rumah laba-laba itu bukan karena bahannya, tapi karena tidak memenuhi fungsi sebagai rumah. Rumah boleh dibangun dari bahan dasar yang paling kuat sekalipun, tapi kalau tidak memenuhi fungsinya, untuk apa? Orang boleh membangun rumah dari semen yang paling kuat, tapi kalau tidak ada atapnya, maka tidak berfungsi sebagai rumah.

Begitulah laba-laba. Sarang laba-laba itu transparan, bisa dilihat oleh siapapun, padahal di antara fungsi rumah adalah menghindarkan dari pandangan luar. Ia juga tidak bisa melindungi dari hujan, sinar matahari, tiupan angin, dan serangan dari luar. Benar-benar tidak sesuai dengan fungsi sebuah rumah.

Belum lagi dengan kondisi dalamnya, alias batinnya. Di antara binatang-binatang lain, ternyata laba-laba adalah binatang dengan rumah tangga paling rapuh alias berantakan.

Kalau kita amati, satu sarang laba-laba itu hanya diisi satu ekor saja, yaitu laba-laba betina. Jika terlihat dua laba-laba dalam satu sarang, maka di sana ada laba-laba jantan yang ingin menyalurkan hajat biologisnya. Bila hajatnya tertunaikan, si jantan  harus segera pergi, karena jika tidak maka si betina akan menjadi buas dan menerkam atau memangsanya. Bila laba-laba betina bertelur dan menetaskan telur-telurnya, anak laba-laba harus segera pergi meninggalkan sarang secepatnya, sebab ia juga akan diterkam dan dimangsa oleh induknya sendiri.

Jadi pemahaman ayat itu adalah bahwa orang yang mengambil Tuhan, penolong, pelindung selain Allah, dia itu batinnya rapuh, hatinya goyah, jiwanya lemah, walaupun fisiknya terlihat sehat, kuat, kariernya mentereng, hartanya banyak, kekayaannya melimpah.

Orang yang tidak punya Allah itu, kalau kena masalah, larinya kalau tidak ke klub malam, karaoke, narkoba, ya bunuh diri. Tak jauh beda dengan laba-laba tadi. Kuat luarnya, rapuh dalamnya. Sudah banyak contohnya, dan yang terakhir ramai adalah salah satu personel Linking Park.

Begitu juga dengan keluarga yang tidak berpelingdung Allah. Waalaupun rumah mewah, harta melimpah, beli apa saja bisa, tapi dalamnya rapuh. Ada sedikit masalah suami dan istri saling menyalahkan, anak-anak tidak terurus dan terlantar. Ujungnya cerai dan saling bermusuhan.

Bukankah itu yang sering kita lihat dari pada selebriti kita di layar kaca? Luarnya terlihat romantis, hidup glamor, mau apa saja bisa. Tapi kemudian kita dikagetkan dengan perceraian, pertengkaran, dan lain sebagainya. Wal’iyaadzubillah.

مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

(Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah) yakni berhala-berhala yang mereka harapkan dapat memberi manfaat kepada diri mereka (adalah seperti laba-laba yang membuat rumah) untuk tempat tinggalnya. (Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah) yang paling rapuh (ialah rumah laba-laba) karena tidak dapat melindungi diri dari panas matahari dan dari dinginnya udara, demikian pula berhala-berhala itu, mereka tidak dapat memberikan manfaat apa pun kepada para penyembahnya (kalau mereka mengetahui) hal tersebut, tentu mereka tidak akan menyembahnya.

Jauhar ridhoni.

Komentar

Postingan Populer