Belajar memaknai syahadat dari Abu Jahal

Belajar memaknai syahadat dari Abu Jahal
Suatu ketika Rasulullah saw di awal dakwahnya pernah mengumpulkan pimpinan-pimpinan Quraisy dari Bani Hasyim lalu bertanya kepada mereka, "Wahai saudaraku, maukah kalian aku beri kalimat, dimana dengan kalimat itu kalian dapat menguasai seluruh jazirah Arab?, Lalu dengan tegas Abu Jahal menjawab, "Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat pun aku terima.", Kemudian Rasul saw bersabda, "Ucapkanlah Laa ilaaha illallah Muhammadan Rasulullah." Setelah mendengar kalimat itu Abu Jahal menanggapi "Kalau itu kalimat yang engkau minta, berarti engkau telah mengumandangkan peperangan dengan semua orang Arab dan bukan Arab ('ajam)".
Itulah kisah penolakan Abu Jahal terhadap dakwah nabi Muhammad Saw. Penolakan yang mengantarkan dia menjadi manusia yang secara qoth'i akan mendekam di Neraka Jahannam, merasakan hidangan khas penduduk Jahannam, hidangan zaqqum namanya (Lihat Ad Dukhan ayat 49), dan menjadi salah satu tokoh antagonis utama penentang dakwah nabi saw.
Lantas, apa yang akan kita pelajari tentang syahadat dari sosok Abu Jahal???, Sudah barang tentu bukan tindakan penolakannya, melainkan ada sisi lain yang perlu kiranya kita cermati yaitu alasan mengapa Abu Jahal enggan bersyahadat yaitu karena ia tahu esensi dari diucapkan nya kalimat syahadat lengkap dengan konsekuensi yang menyertainya.
Abu Jahal, meskipun tersemat kata "Jahal" pada nama julukannya bukanlah orang bodoh secara ilmu pengetahuan. Dia justru adalah orang cerdas, menguasai baca-tulis serta fasih dalam sastra. Mungkin hal ini yang membuat ia paham akan esensi dari diucapkan nya syahadat, suatu hal yang mungkin saat ini banyak di antara kaum muslimin senantiasa melafazkan syahadat, namun tidak memenuhi hak-hak dari syahadat itu, tidak memenuhi konsekuensi dari syahadat itu.
"Menyadari arti penting syahadat" inilah satu hal yang sejatinya ingin saya sampaikan dalam tulisan singkat ini. Kita harus bersyukur saat ini lebih mudah bersyahadat dibandingkan sahabat generasi awal, oleh karena itu adalah suatu keharusan bagi kita senantiasa menjaga taqwa sebagai wujud syukur atas karunia Allah swt.
Akhirnya jika yang menolak syahadat saja tau esensi syahadat, maka justru kita yang sudah bersyahadat harus lebih tau esensi nya dan menjalankan segala konsekuensinya.
Ya Allah kumpulkan kami bersama para nabi, shiddiqin, syuhada dan Solihin... sebagai penyempurna karunia dari Mu. امين

*kisah dikutip dari buku "Tuhan, Maaf, Kami Sedang", Sibuk karya A. Rifa'i Rif'an

Share by: NJ

Komentar

Postingan Populer