Status orang orang yang meninggal sebelum mendengar da'wah islam.
Status orang orang yang meninggal sebelum mendengar da'wah islam.
Pertama, hukum di dunia berbeda dengan hukum di akhirat
Perlu dibedakan antara hukum di dunia dan hukum di akhirat. Hukum di dunia dibangun di atas prinsip indikasi yang dzahir/tampak. Sedangkan hukum di akhirat dibangun di atas prinsip, pasrah kepada pengetahuan dan keadilan Allah.
Prinsip ini berdasarkan hadis dari Abu Said al-Khudri, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ
“Aku tidaklah diperintahkan untuk membuka isi hati manusia, dan tidak pula membedah isi perutnya.” (HR. Bukhari 4351, Muslim 1064, dan lainnya)
Bahkan para ulama menegaskan adanya kesepakatan terhadap prinsip ini. Sebagaimana yang dinyatakan Ibnu Abdil Bar dan al-Qurthubi,
Merekan sepakat bahwa hukum di dunia sesuai dengan yang dzahir, sedangkan yang tersembunyi dikembalikan kepada Allah Ta’ala. (At-Tamhid, 10:157, dan Tafsir Qurthubi, 12:203).
Berdasarkan prinsip ini, status orang yang belum sampai kepadanya dakwah Islam, atau orang yang tidak pernah mendengar syariat, disikapi sebagaimana zahirnya, yang ini bisa diketahui dengan mengacu pada lingkungan atau orang tuanya. Misalnya: anak kecil keturunan orang kafir yang meninggal sebelum baligh, dia disikapi sebagaimana orang tuanya. Sehingga tidak boleh dishalati dan dimakamkan di pemakaman kaum muslimin. Demikian pula orang pedalaman yang sama sekali tidak mengenal Islam, dia disikapi sebagaimana orang kafir, tidak dishalati dan tidak didoakan ketika meninggal. Karena secara lahiriyah, dia non muslim. Hal yang sama juga berlaku untuk orang gila sejak sebelum baligh. Dia disikapi sesuai dengan keluarganya atau lingkungannya. Jika orang gila ini berada di tengah keluarga non muslim atau berada di negeri kafir, maka dia diberlakukan sebagaimana orang non muslim lainnya.
Kedua, hukum akhirat
Ulama berbeda pendapat tentang hukum orang yang tidak memahami syariat semasa hidupnya di dunia, ketika dia dihisab di hari akhir. Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini, orang yang belum sampai kepadanya dakwah Islam, dia akan diuji oleh Allah dengan suatu perintah. Siapa yang sanggup taat pada perintah ini maka Allah akan selamatkan dia. Sebaliknya, jika dia enggan dan membangkang maka dia akan dicampakkan di neraka. Pendapat ini didukung beberapa dalil, diantaranya,
Firman Allah,
ً
“Aku tidak akan memberikan adzab, sampai Aku mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra’: 15).
Makna ayat ini ditegaskan dengan hadis dari Al-Aswad bin Sari’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ada 4 jenis manusia (yang akan diuji) pada hari kiamat: orang tuli yang sama sekali tidak bisa mendengar apapun, orang gila, orang pikun, dan orang yang hidup di zaman fatrah (belum mendengar dakwah islam). Orang Tuli beralasan: ‘Ya Allah, islam datang, namun aku sama sekali tidak bisa mendengar dakwah islam.’ Orang gila beralasan, ‘Ya Allah, islam datang, sementara anak-anak melempariku dengan kotoran (karena gila).’ Orang pikun beralasan, ‘Ya Allah, islam datang dan aku tidak paham sama sekali.’ Dan orang yang hidup di zaman fatrah mengatakan, ‘Ya Allah, belum ada seorangpun utusan-Mu yang datang kepadaku.’
Kemudian Allah mengambil janji kepada mereka bahwa mereka wajib mentaati-Nya. Kemudian datang perintah kepada mereka, bahwa mereka semua harus masuk ke dalam neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, andai mereka masuk ke dalam neraka itu, tentu mereka akan mendapatkan rasa dingin dan keselamatan.” (HR. Ahmad 16301. Syuaib al-Arnauth menilai: Hadis Hasan).
Dalam riwayat yang lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, terdapat tambahan,
“Siapa yang memasuki neraka itu, dia akan mendapatkan rasa dingin dan keselamatan. Dan siapa yang tidak memasukinya, dia akan dipanggang di neraka.” (HR. Ahmad 16301 dan sanadnya hasan)
Dengan kata lain, apabila seorang yg diakhirat kelak membangkang perintah allah maka didunia sudah pasti ia juga akan membangkang walau da'wah islam smpai kepadanya.
Allahu a’lam.
Semoga menambah wawasan untuk kita semua. Barokallahu fiikum
Share by: NJ
Komentar
Posting Komentar