Cerdasnya Iyaz Al Muzzaini (part 2)
Kembali lagi kisah "cerdasnya Iyaz Al Muzzaini" kini telah menjadi Hakim
"Ketika beliau menjabat sebagai qadhi atau hakim telah terbukti bahwa beliau adalah seorang yang benar-benar cerdas, lihai dan memiliki kemampuan besar dalam menyingkap hakikat suatu masalah sampai seakar-akarnya.
Pernah terjadi sengketa antara dua orang. Yang satu berkata bahwa ia telah menitipkan sejumlah harta kepada temannya, tetapi ketika ia memintanya lagi, temannya itu mengelaknya. Iyas bertanya kepada tertuduh dan dia tetapi mengingkarinya sambil berkata, “Bila kawanku ini punya bukti, silahkan didatangkan, maka tiada jalan baginya untuk menjatuhkan aku kecuali dengan sumpah.”
Iyas khawatir jika orang itu makan harta yang bukan haknya dengan sumpahnya. Maka dia berpaling kepada si penuduh dan bertanya, “Dimanakan tempat engkau menitipkan harta itu kepadanya?” Dia berkata, “Di suatu tempat bernama anu.” Iyas bertanya, “Bagaimana ciri-ciri tempat itu?”
Penuduh menjawab, “Di sana ada sebatang pohon besar. Kami duduk dan makan bersama dan ketika kami hendak beranjak pulang, kuserahkan harta itu kepadanya.” Iyas berkata kepadanya, “Pergilah ke tempat yang terdapat pohon itu, karena bila engkau mendatanginya bisa jadi akan mengingatkan kamu dimana telah kau letakkan barang tersebut, setelah itu segeralah kembali ke sini untuk mengabarkan apa yang kau dapatkan di sana.”
Kemudian pergilan orang itu, sementara Iyas berkata kepada yang tertuduh yang masih berada di hadapannya, “Tunggulah kemari sampai kawanmu kembali.” Ia pun duduk menanti. Kemudian Iyas mengurusi perkara-perkara lainnya sambil terus mengamati tertuduh secara diam-diam. Setelah dilihatnya di agak tenang, Iyas bertanya, “Apakah kiranya kawanmu itu sudah sampai di tempat di mana ia menitipkan barangnya kepadamu?” Maka sitertuduh itu menjawab tanpa berpikir terlebih dahulu, “Tentu belum sebab tempat itu amat jauh dari sini.” jawabnya tanpa berpikir panjang.
Ketika itu, Iyas berkata kepadanya,
“Hai musuh Allah, kamu mengingkari telah menyimpan harta itu padahal mengetahui dimana kamu mengambil uang itu? Demi Allah, sungguh kamu ini seorang pengkhianat.!”
Orang itupun bungkam dan mengaku pengkhianatan yang telah dilakukannya. Lalu Iyas menahannya sampai pemiliknya itu datang dan menyuruhnya supaya mengembalikan titipan tersebut kepada pemiliknya.
=============================
Sumber: Buku “Mereka Adalah Para Tabi’in”, Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya, Pustaka At-Tibyan
Share by: NJ
Komentar
Posting Komentar