Hilangnya agamamu disebabkan empat perkara

Hilangnya agamamu disebabkan empat perkara : pertama, kamu tidak mengamalkan apa yang kamu ketahui. Kedua, kamu mengamalkan apa yang tidak kamu ketahui. Ketiga, kamu tidak mau mempelajari apa yang tidak kamu ketahui sehingga kamu tetap menjadi orang bodoh. Keempat, kamu menghalangi orang lain dari mempelajari sesuatu yang tidak diketahuinya. (Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Fathur Rabbani (wa Faydhur Rahmani), Bab:Penyebab Allah Mencintai Hamba-Nya, hal.59, cet.3/2011, Sahara)

Kewajiban kita itu belajar, menuntut ilmu, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diperselisihkan keshahihannya, thalabul 'ilmi faridhatun 'ala kulli muslim, bukan sekolah formal.
Sekolah formal hanyalah salah satu wasilah untuk belajar. Bisa jadi ada wasilah lain. Jika kita menganggap belajar itu hanya di sekolah formal, dan setelah selesai sekolah, selesai pula fase belajar, maka kita telah mengidap penyakit sekolahisme, sebagaimana disebutkan Dr. Adian Husaini. Ini juga bertentangan dengan hal yang disepakati oleh para ahli ilmu, belajar itu sepanjang hayat, dari buaian hingga ke liang lahat.
Sekolah formal tentu tak perlu dimusuhi. Ia adalah salah satu jalan untuk belajar. Yang bisa kita (atau sebagian kita) lakukan adalah memperbaiki kurikulumnya, serta mengatur kembali kebijakan pembiayaannya, sehingga tak membebani siswa. Ia tak perlu dimusuhi, juga tak perlu didewa-dewakan.
Harusnya, kita lebih perlu mendidik diri kita, anak-anak kita, orang-orang sekitar kita, untuk memiliki jiwa pembelajar, punya minat yang sangat kuat terhadap ilmu, dan memahami bahwa ilmu itu untuk diamalkan, untuk menjadi wasilah kontribusi kita bagi kemaslahatan umat. Jika sudah memiliki semangat ini, tentu sekolah tak akan lagi membosankan, dianggap menghabiskan waktu, dan seterusnya.
Jika pun tak cocok dengan format sekolah formal sekarang (yang sering berubah kurikulum, bahkan jam belajar), secara individu, kita boleh saja memilih alternatif lain. Kalau mau lebih lama di sekolah, ambil sekolah berasrama (boarding school). Kalau tak mau terikat waktu di sekolah, ambil homeschooling (belajar di rumah). Jika tak cocok dengan semua tawaran format yang ada sekarang, berarti tugas anda untuk menawarkan format yang baru.
Yang lebih menggelisahkan kita, adalah tak adanya niat yang benar dalam belajar. Belajar bukan untuk meraih ilmu, demi menjalankan perintah Allah, dan untuk mengaplikasikan ilmu demi sebesar-besarnya kemaslahatan umat. Kebanyakan sekolah untuk meraih selembar ijazah (bahkan kadang dengan cara curang untuk meraihnya). Ijazah itu yang kemudian ditawarkan ke mana-mana untuk mendapatkan pekerjaan.
Para ulama dulu mencela orang yang menuntut ilmu demi meraih kedudukan dunia. Sekarang, kebanyakan kita sekolah memang untuk mendapatkan sedikit harta dunia.
Karena niat yang salah, semangat belajar yang sungguh-sungguh pun hampir sulit ditemukan. Apalagi, telah menjadi rahasia umum, banyak cara untuk meraih nilai yang baik saat ujian, tanpa harus belajar sungguh-sungguh. Bagi orang-orang seperti ini, bukan belajar yang penting, bukan ilmu yang harus diraih, tapi selembar kertas yang menyatakan ia telah lulus ujian.

Share by: NJ

Komentar

Postingan Populer