Biasakan untuk tidak ghibah

Biasakan untuk TIDAK GHIBAH

SALAH satu kebiasaan jelek yang dilakukan manusia adalah membicarakan orang lain. Istilah sekarang ngrumpi. Bahasa agamanya ghibah. Yaitu membicarakan saudara kita yang apabila dia mengetahui sedang kita bicarakan maka ia akan marah.

Para sahabat saat dijelaskan pengertian ghibah mirip pula dengan alasan yang diberikan sebagian orang sekarang ini mengenai ghibah. Ketika ada teman yang membicarakan orang lain kita menegurnya karena dengan ghibah. Iapun menjawab, “Lho, benar kok. Aku nggak bohong. Memang kenyataannya begitu.”

Masalahnya bukan benar atau tidak. Jikalau benar pun, andaikata yang bersangkutan tidak suka hal itu dibicarakan maka pembicaraan itu termasuk ghibah. Misalnya ada kawan yang telah bercerai dengan istrinya karena ada pihak ketiga yang merusak rumah tangga mereka. Informasi ini memang benar adanya. Orang pun membicarakannya. Kedua pasangan yang bersangkutan tentu akan malu dan tidak enak apabila mengetahui urusan rumah tangganya tersebut dibicarakan orang. Oleh karena itu, meskipun benar termasuk ghibah juga.

Jadi, argumen sebagian orang yang menyatakan bahwa kalau benar tidak ada apa-apa itu salah. Justru kalau benar saja dosa apalagi kalau informasi yang disampaikan berupa kebohongan. Berarti kita telah memfitnah orang tersebut. Dosa fitnah sudah jelas lebih berlipat ganda daripada ghibah. Sudah berdusta, menyakiti dan menzalimi orang lain pula. Belum lagi kalau perkataan kita dikutip dan disebarluaskan. Sungguh dosa yang tiada terkira menyebarkan keburukan seseorang tanpa kebenaran. []
Lakukan ini jika sudah terlanjur Melakukan GHIBAH 🙂🙂🙂

TERKADANG, tanpa sadar kita sering sekali membicara keburukan saudara-saudara kita. Padahal kita tahu bahwa ghibah itu adalah salahsatu dosa besar. Dan kelak di akhirat, orang yang kita ghibahi bisa menuntut balik teerhadap kita. Lalu bagaimana jika seseorang terlanjur berbuat ghibah?  maka yang harus dia lakukan oleh orang yang terlanjur ghibah adalah:

1. Memohon ampunan kepada Allah atas perbuatan dosa ghibah yang telah dia lakukan.

2. Memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang yang dia ghibahi dan mendoakan kebaikan untuknya.

3. Bertekad kuat untuk tidak melakukan ghibah lagi.

Apakah harus menyampaikan kepada orang itu bahwa ia telah dighibahi dan minta dihalalkan darinya?

Yang benar adalah: jika orang itu mengetahui bahwa kita telah berbuat ghibah terhadapnya, maka kita meminta maaf kepadanya. Namun jika ia tidak mengetahuinya, maka tidak perlu kita sampaikan kepadanya bahwa kita telah berbuat ghibah terhadapnya.

Ibnul Mubarak (salah seorang guru alBukhari) menyatakan:

Jika seseorang berbuat ghibah kepada orang lain, janganlah ia beritahukan kepadanya. Akan tetapi hendaknya ia beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah (riwayat alBaihaqy dalam Syuabul Iman). Wallhu ‘alam

Share by: NJ

Komentar

Postingan Populer